Thursday, July 1, 2021

[Kerajaan Islam di Nusantara] Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara - Sejarah Kelas 10 SMA

Halo teman-teman, dalam kesempatan kali ini kita akan belajar tentang konsep Kerajaan Islam di Nusantara, khususnya tentang Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara.. 

[Kerajaan Islam di Nusantara] Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara - Sejarah Kelas 10 SMA



Materi ini akan masuk ke dalam tes SBMPTN atau UTBK dengan kategori Soshum alias Sosial & Hukum.


Tanpa berlama-lama lagi, mari kita pelajari bersama konsep berpikir sejarah dalam artikel berikut ini.


Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara


Berdasarkan penjelasan dari Taufik Abdullah, sejarawan asal UGM, pengertian islamisasai adalah proses sejarah terpanjang yang hingga kini terus berlanjut. Ia juga menjelaskan bahwa islam merupakan salah satu faktor utama asal-usul nasionalisme dan integrasi bangsa.


Kedatangan islam ke Indonesia, dulu masih disebut Nusantara, memiliki sejarah yang panjang. Salah satunya adalah dari interaksi ajaran islam dengan masyarakat yang kemudian memeluk islam.


Di Tanah Nusantara, ajaran Islam masuk lewat jalur perdagangan. 


Bertemunya budaya dan ajaran islam dengan budaya dari ajaran sebelumnya, seperti Hindu dan Budha, membuat terjadinya akulturasi budaya, jaringan keilmuan serta perkembangan budaya Islam.


Nah, dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas sejarah kedatangan Islam di Nusantara alias Indonesia sebagai tahap paling awal islamisasi di Indonesia.


Kedatangan Islam di Nusantara


Sesuai dengan gambar di atas, Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Aceh, atau pada masa itu bernama Lhoksemawe.

Kemudian ajaran Islam menyebar ke daerah sekitar Aceh dan Pulau Sumatera. Sebelum kemudian menyebar ke seluruh Indonesia .

Interaksi ajaran Islam dan penduduk nusantara juga terus berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut berlangsung ditandai dengan banyaknya ulama atau guru dari Timur Tengah yang datang ke Indonesia untuk berdakwah.

Bagi masyarakat Indonesia yang beragama Islam, interaksi tersebut dianggap makin memantapkan iman dan takwa.

Teori Masuknya Islam ke Nusantara


Terdapat beberapa teori mengenai masuknya ajaran Islam ke Nusantara serta awal Islamisasi di Indonesia. Baik dari aspek metode, waktu, pembawa ajaran dan juga tempat.

Berikut ini adalah beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia.

1. Teori J. Pijnapel dan Sarjana Barat


J. Pijnapel, sarjana sekaligus sejarawan, beserta para sarjana dari Belanda lainnya mengatakan bahwa ajaran Islam dibawa oleh Gujarat pada abas ke-13 Masehi alias Abad 7 Hijriah.

Gujarat adalah salah satu wilayah di India Barat yang letaknya berdekatan dengan laut Arab.

Sejak awal tahun Hijriyah, perdagangan dengan mazhab Syafi'i sudah dilakukan di seluruh daerah Gujarat dan Malabar (salah satu nama daerah dekat Gujarat). oleh pedagang Arab. 

Berdasarkan teori Pijnapel, Islam masuk ke Indonesia bukan melalui pedagang Arab secara langsung. Melainkan dari pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Teori J. Pijnapel kemudian diperkuat oleh pendapat Christiaan Snouck Hurgronje dan Jean Pierre Moquette. 

Teori masuknya Islam ke Indonesia didasari pada peninggalan berupa batu nisan milik Sultan Malik Al-Saleh, Raja pertama dari Kerajaan Samudera Pasai yang meninggal pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M, dengan nisan makam Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik yang wafat di Gresik tahun 1419 M.

Keduanya sama-sama memiliki kemiripan dengan batu nisan yang digunakan di Kambay, Gujarat.

Moquetta kemudian menjelaskan 3 teorinya mengenai kemiripan batu nisan tersebut. Di antaranya:
  • Batu nisan tersebut dikirim langsung dari daerah Gujarat
  • Kaligrafi dan desain batu nisan dibuat oleh orang Gujarat
  • Batu nisan dan kaligrafi tersebut dibuat oleh orang Indonesia yang belajar kaligrafi Gujarat

2. Teori Hoesein Djajadiningrat


Teori masuknya Islam di Indonesia menurut Hoesein Djajadiningrat berawal dari masuknya bangsa Persia atau Irak ke Indonesia.

Hal tersebut didasari dengan banyaknya kesamaan antara budaya Parsi dengan masyarakat Indoensia.

Salah satunya adalah merayakan hari Asyuro atau 10 Muharram sebagai hari besar dalam islam, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman, Sumatera Barat dan Bengkulu dengan nama Tabot.

3. Teori Buya Hamka


Teori masuknya ajaran Islam ke Indonesia oleh Buya Hamka dimulai dari datangnya masyarakat Arab dan Mesir, yang mana tempat lahirnya agama Islam, ke Indonesia. Artinya, Buya Hamka berpendapat bahwa masuknya Islam ke Indonesia datang dari negara kelahirannya langsung.

Menurut Buya Hamka, ajaran Islam masuk ke Indonesia sejak awal abad Hijriyah alias sejak abad 7 Masehi.

Teori tersebut kemudian didukung oleh Anthony H. Johns. Menurutnya, proses islamisasi di Nusantara dilakukan oleh musafir yang datang ke Nusantara. 

Kaum pengembara atau musafir ini melakukan perjalanan dari atu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan khusus untuk menyebarkan dan pengembangan ajaran Agama Islam.

Sejarah Awal Perkembangan Islam di Indonesia


Perkembangan Islam di bumi Nusantara dimulai pada awal abad ke-15.

Pada masa itu, kerajaan Champa, Wijaya, jatuh ke tangan Vietnam. Champa sendiri merupakan salah satu kerajaan yang mengalami proses islamisasi paling awal di Asia Tenggara.

Salah satu anak dari Putri Champa, Raden Rahmat, kemudian datang ke Kerajaan Majapahit. Tujuannya adalah untuk menemui bibinya yang sudah menikah dengan raja Majapahit.

Raden Rahmad kemudian dikenal dengan nama Sunan Ampel, salah satu wali tertua yang menyebarkan ajaran Islam di Nusantara.

Kemudian ada Sunan Giri dari Keajaan Kedaton Gresik yang terkenal menyebarkan islam di wilayah Indonesia Timur. Dalam buku sejarh yang dibuat oleh sejarawan belanda, Sunan Giri sering dijelaskan dengan sebutan "paus".

Salah satu tokoh dari Indonesia Timur yang ememperdalam ilmu agama langsung dengan Sunan Giri adalah Sultan Zainal Abidin. Beliau merupakan rja ke-16 dari kerajaan ternate.

Setelah kembali ke Ternatem Sultan Zainal Abidin kemudian menyebarkan ajaran islam di daerah Ternate dan sekitarnya.

Proses islamisasi ini kemudian menyebar ke seluruh Nusantara. Faktor ini juga lah yang kemudian mempercepat proses terbentuknya nasionalisasi Indonesia.